Selasa, 29 Desember 2015

Pondasi Dari Pasangan Batu Bata

Pondasi Dari Pasangan Batu Bata

Batu bata (batu merah), termasuk bahan bangunan buatan, maka sudah barang tentu kuaalitasnya banyak tergantung dari cara pembuatannya. Pada umumnya batu bata sebagai bahan untuk pondasi kurang baik apabila dibandingkan dengan batu kali (batu alam) karena apabila batu bata selalu tertanam dalam tanah kuaalitasnya akan menurun, sedangkan batu kali tidak demikian halnya. Jika bangunan yang akan didirikan termasuk bangunan yang ringan umpamanya rumah tinggal tidak bertingkat dan di sekitar tempat bangunan banyak terdapat bahan batu bata, maka untuk menghemat anggaran biayanya dapat dibuat pondasi langsung dari batu bata.

Untuk menjaga pasangan agar pasangan tidak basah karena air tanah yang dapat mengakibatkan pasangan menjadi lunak sehingga kekuatan (daya dukung) pasangan menjadi berkurang, maka bidang pasangan dari badan pondasi diplester kasar (berapen) setebal kurang lebffi 1,5 cm dengan perekat seperti untuk pasangannya.

Dan bagian-bagian sudut dari pasanmgan pondasi, dimana dapat menjadi sarang dari genangan air, juga dibuat miring supaya air tanah tidak terhenti di situ, melainkan dapat terus turun ke bawah hingga dapat diharapkan tidak berpengaruh pada kekuatan pondasi.

Gambar dibawah memperlihatkan tampang lintang badan pondasi dari pasangan batu bata untuk dinding tembok bagian tengah. Di sini tampang lintang badan pondasi dapat diberi bentuk simetris karena tidak terdapat rintangan apa-apa




Gambar Pondasi pasangan batu bata.

Sedang untuk pondasi bagian pinggir, lebar dasar badan pondasi dibuat simetris dan bagian atas dibuat tidak simetris untuk menyesuaikan kebutuhan bidang plesteran atau bidang hiasan (gambar bawah). Lain halnya pada pondasi yang dibuat pada perbatasan pekarangan dengan pekarangan orang lain di mana tampang lintang badan pondasi terpaksa dibuat tidak simetris berhubung adanya bangunan orang lain (Gambar).







Gambar Pondasi Pasangan Batu Bata pada Batas Pekarangan

Daftar NOTASI beserta artinya pada Struktur Beton dan Tulangan

DAFTAR NOTASI

Ag = Luas bruto penampang (mm2)
An = Luas bersih penampang (mm2)
Atp = Luas penampang tiang pancang (mm2)
Al =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm2)
As = Luas tulangan tarik non prategang (mm2)
As’ = Luas tulangan tekan (mm2)
At = Luas satu kaki sengkang tertutup pada daerah sejarak
s untuk menahan torsi (mm2)
At = Luas tulangan geser pada daerah sejarak s atau luasan
tulangan geser yang tegak lurus terhadap tulangan
lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s pada
komponen struktur lentur tinggi (mm2)
Av = Luas tulangan geser pada daerah sejarak s atau luasan
tulangan geser yang tegak lurus terhadap tulangan
lentur tarik dalam suatu daerah sejarak s pada
komponen struktur lentur tinggi (mm2)
b = Lebar daerah tekan komponen struktur (mm)
bo = Keliling dari penampang kritis yang terdapat
tegangan geser maksimum pada pondasi (mm)
bw = Lebar badan balok atau diameter penampang bulat
(mm)
C = Jarak dari serat tekan terluar ke garis netral (mm)
Cm = Faktor lain yang menghubungkan diagram momen
aktual dengan suatu diagram momen merata
ekuivalen
Ct = bn × d / Σx × 2y, faktor yang menghubungkan sifat
tegangan geser
d = Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tarik
(mm)
d’ = Jarak dari serat tekan terluar ke pusat tulangan tekan
(mm)
xviii
db = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand
prategang (mm)
D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang
berhubungan dengan beban mati
e = Eksentrisitas gaya terhadap sumbu (mm)
E = Pengaruh beban gempa atau momen dan gaya dalam
yang berhubungan dengan gempa
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
Es = Modulus elastisitas baja tulangan (MPa)
EI = Kekuatan lentur komponen struktur tekan
f = Lendutan yang diijinkan (mm)
fc’ = Kekuatan tekan beton (MPa)
fy = Kuat leleh baja yang disyaratkan (MPa)
h = Tebal atau tinggi total komponen struktur (mm)
I = Momen inersia penampang yang menahan beban luar
terfaktor (mm4)
Ix = Momen inersia terhadap sumbu x (mm4)
Iy = Momen inersia terhadap sumbu y (mm4)
Ig = Momen inersia penampang bruto terhadap garis
sumbunya dengan mengabaikan tulangannya (mm4)
k = Faktor panjang efektif komponen struktur tekan
l = Panjang bentang balok (mm)
ld = Panjang penyaluran (mm)
ldb = Panjang penyaluran dasar (mm)
lhb = Panjang penyaluran kait (mm)
ldh = Panjang kait (mm)
lx = Ukuran bentang terkecil pelat (mm)
ly = Ukuran bentang terbesar pelat (mm)
Mu = Momen terfaktor (Nmm)
Mn = Momen nominal (Nmm)
Mtx = Momen tumpuan arah sumbu x (Nmm)
Mty = Momen tumpuan arah sumbu y (Nmm)
Mlx = Momen lapangan arah sumbu x (Nmm)
Mly = Momen lapangan arah sumbu y (Nmm)
xix
M1b = Nilai yang lebih kecil dari momen ujung terfaktor
pada komponen struktur tekan yang tidak
menimbulkan goyangan ke samping yang berarti,
dihitung dengan analisa rangka elastis konvensional,
positif bila komponen struktur melengkung dalam
kelengkungan tunggal, negatif bila melengkung
dalam kelengkungan ganda (Nmm)
M2b = Nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor
pada komponen struktur tekan yang tidak
menimbulkan goyangan ke samping yang berarti,
dihitung dengan analisa rangka elastis konvensional
(Nmm)
Pb = Kuat beban aksial nominal dalam kondisi regangan
seimbang (N)
Pc = Beban kritis (N)
Pn = Kuat beban aksial nominal pada eksentrisitas yang
diberikan (N)
S = Jarak sengkang (mm)
Smax = Jarak maksimum sengkang yang diijinkan (mm)
Tc = Kuat momen torsi nominal yang disumbangkan oleh
beton (Nmm)
Tn = Kuat torsi nominal (Nmm)
Ts = Kuat momen torsi nominal yang disumbangkan oleh
beton (Nmm)
Tu = Momen torsi terfaktor pada penampang (Nmm)
Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
(N)
Vn = Kuat geser nominal (N)
Vs = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh
tulangan geser (N)
Vu = Gaya geser terfaktor pada suatu penampang (N)
x = Dimensi pendek dari bagian berbentuk persegi dari
penampang (mm)
x1 = Jarak dari pusat ke pusat yang pendek dari sengkang
tertutup (mm)
xx
y = Dimensi panjang dari bagian berbentuk persegi dari
penampang (mm)
y1 = Jarak dari pusat ke pusat yang panjang dari sengkang
tertutup (mm)
α = Rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap
kekakuan lentur suatu pelat dengan lebar yang
dibatasi dalam arah lateral oleh sumbu dari panel
yang bersebelahan (bila ada) pada tiap sisi dari balok
αm = Nilai rata-rata α untuk semua balok tepi dari suatu
panel
βd = Rasio beban mati aksial terfaktor maksimum terhadap
beban aksial terfaktor, dimana beban yang ditinjau
hanyalah beban gravitasi dalam menghitung Pc
βc = Perbandingan sisi kolom terpanjang dengan sisi
kolom terpendek
ρ = Rasio tulangan tarik non pratekan
ρb = Rasio tulangan tarik non pratekan
ρmaks = Rasio tulangan tarik maksimum
ρmin = Rasio tulangan tarik minimum
ρ’ = Rasio tulangan tekan pada penampang bertulangan
ganda
Ø = Faktor reduksi kekuatan
σ = Tegangan ijin baja (kg/cm2)
σo = Tegangan yang terjadi pada suatu penampang
(kg/cm2)
τ = Tegangan geser yang diijinkan (kg/cm2)
τo = Tegangan geser yang terjadi pada suatu penampang
(kg/cm2)
δb = Faktor pembesar momen untuk rangka yang ditahan
terhadap goyangan ke samping, untuk
menggambarkan pengaruh kelengkungan komponen
struktur di antara ujung-ujung komponen struktur
tekan
δb = Faktor pembesar momen untuk rangka yang tidak
ditahan terhadap goyangan ke samping, untuk
xxi
menggambarkan penyimpangan lateral akibat beban
lateral dan gravitasi
ε = Regangan (mm)
εc = Regangan dalam beton (mm)
εcu = Regangan beton maksimum dimana terjadi keretakan
(mm)
εs = Regangan pada baja tarik (mm)
εs’ = Regangan pada baja tekan (mm)

Sifat elastis atau elastisitas adalah

Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk
kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada
benda itu dihilangkan. Seperti pada sebuah pegas yang digantungi dengan
beban pada salah satu sisi ujungnya, akan kembali ke bentuk semula jika
beban tersebut kita ambil kembali. Contoh lainnya adalah ketapel dan karet
gelang jika kita rentangkan maka akan terjadi pertambahan panjang pada
kedua benda tersebut, tapi jika gaya yang bekerja pada kedua benda tersebut
dihilangkan, maka kedua benda tersebut akan kembali ke bentuk semula.
Sebuah benda dapat dikatakan elastis sempurna jika gaya penyebab
perubahan bentuk hilang maka benda akan kembali ke bentuk semula. Benda
yang bersifat elastis sempurna yaitu mempunyai batas-batas deformasi yang
disebut limit elastik sehingga jika melebihi dari limit elastik maka benda
tidak akan kembali ke bentuk semula.
Gambar 1. Pegas
Benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak kembali ke bentuk
awalnya saat gaya dilepaskan, misalnya saja pada adonan kue. Bila kita
menekan adonan kue, bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya dilepaskan
dari adonan kue tersebut, maka adonan kue tidak dapat kembali ke bentuk
semula.
Perbedaan antara sifat elastis dan plastis adalah pada tingkatan dalam
besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Dalam pembahasan sifat elastis
pada benda perlu diasumsikan bahwa benda-benda tersebut mempunyai sifatsifat
berikut:
 Homogen artinya setiap bagian benda mempunyai kerapatan yang sama.
 Isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifatsifat fisis
yang sama ke segala arah.
Deformasi pada benda akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak
ada perubahan volume, dan benda yang.mengalami kompresi akan terjadi
perubahan volume tetapi tidak terjadi deformasi. Nilai keelastisitasan ini
disebut juga modulus elastisitas.

Arti dari Tegangan, Regangan, Modulus Elastisitas dan Hukum Hooke

Tegangan (stress) didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan oleh
benda untuk kembali ke bentuk semula. Atau gaya F yang diberikan pada
benda dibagi dengan luas penampang A tempat gaya tersebut bekerja.
Tegangan dirumuskan oleh:



Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m² atau
Pascal (Pa). F adalah gaya (N), dan A adalah luas penampang (m2).
Selain itu, Tegangan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Tegangan normal
Tegangan normal yaitu intensitas gaya normal per unit luasan.
Tegangan normal dibedakan menjadi tegangan normal tekan atau
kompresi dan tegangan normal tarik. Apabila gaya-gaya dikenakan
pada ujung-ujung batang sedemikian rupa sehingga batang dalam
kondisi tertarik, maka terjadi tegangan tarik pada batang, jika batang
dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan tekan.

2. Tegangan geser
Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar
dengan penampang.

3. Tegangan volume
Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda
yang menyebabkan terjadinya perubahan volume pada benda tersebut
tetapi tidak menyebabkan bentuk benda berubah.

Regangan

Perubahan relatif dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena
pemakaian tegangan disebut regangan (strain). Regangan adalah suatu
besaran yang tidak memiliki dimensi karena rumusnya yaitu meter per meter.
Definisi regangan berdasarkan rumusnya adalah perubahan panjang ΔL
dibagi dengan panjang awal benda L . Secara matematis dapat ditulis:

Bahan-bahan logam biasanya diklasifikasikan sebagai bahan liat (ductile)
atau bahan rapuh (brittle). Bahan liat mempunyai gaya regangan (tensile
strain) relatif besar sampai dengan titik kerusakan seperti baja atau
aluminium. Sedangkan bahan rapuh mempunyai gaya regangan yang relatif
kecil sampai dengan titik yang sama. Batas regangan 0,05 sering dipakai
untuk garis pemisah diantara kedua kelas bahan ini. Besi cor dan beton
merupakan contoh bahan rapuh.

Modulus Elastisitas
Modulus elatisitas suatu benda dapat dihitung melalui pemberian beban
sebagai tegangan yang diberikan pada benda tersebut dan mengamati
penunjukan oleh garis rambut sebagai regangannya. Besar pelenturan (f)
ditentukan melalui persamaan matematis sebagai berikut:

Keterangan:
E = Modulus elastisitas
B = berat beban (dyne)
L = Panjang batang antara dua tumpuan (cm)
f = pelenturan (cm)
b = lebar batang (cm)
h = tebal batang (cm)

Hukum Hooke

Hubungan antara tegangan dan regangan erat kaitannya dalam teori
elastisistas. Apabila hubungan antara tegangan dan regangan dilukiskan
dalam bentuk grafik, dapat diketahui bahwa diagram tegangan-regangan
berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahannnya. Hal ini membuktikan
bahwa keelastisitasan benda dipengaruhi bahan dari bendanya. Dapat kita
ambil contoh grafik keelastisitasan suatu logam kenyal.


Pada bagian awal kurva, tegangan dan regangan bersifat proporsional
sampai titik a tercapai. Hubungan proporsional antara tegangan dan regangan
dalam daerah ini sesuai dengan Hukum Hooke.
Dikutip dari buku Fisika untuk SMA Kelas XI (Marthen Kanginan :
2004), hukum Hooke dinamakan sesuai dengan nama pencetusnya yaitu
Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali
gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666.
Beliau menyatakan bahwa:
“Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya
tariknya.”
Pernyataan tersebut di atas dikenal dengan nama hukum Hooke, dan
dapat ditulis melalui persamaan:
.F=kAx

Definisi dan Manfaat Tanah Dalam Teknik Sipil

Tanah
Definisi dan sifat umum tanah
Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam, berupa bumi ini,
yang terdiri dari air, udara dan butir-butir tanah yang padat, dimana bagian
yang berisi dengan air dan udara disebut dengan rongga atau pori.
Perbandingan isi air dengan udara dalam pori ini menentukan kondisi tanah
tersebut, yaitu apabila tanah tersebut kering, maka volume udara dalam pori
lebih sedikit dibanding volume udara, maka tanah tersebut dikatakan basah.
Apabila pori penuh diisi air, sehingga tidak ada udara di dalamnya, maka
tanah dikatakan sebagai tanah jenuh.

Sifat-sifat umum tanah dapat dilihat dari besarnya nilai-nilai parameter tanah
yang bersangkutan, misalnya :
a. Berat volume tanah, yaitu berat tanah per satuan volume.
b. Berat volume kering, yaitu berat tanah dalam keadaan kering per satuan
volume.
c. Berat volume butir, yaitu berat tanah lepas per satuan volume.
d. Spesifik gravity, yaitu berat spesifik setiap butiran tanah, atau biasa disebut
berat jenis.
e. Angka rongga, yaitu perbandingan volume rongga dengan volume total
tanah.
f. Porositas merupakan perbandingan volume air dengan volume pori.
g. Kadar air merupakan jumlah air dalam tanah atau volume air dibanding
dengan volume tanah.
h. Derajat kejenuhan dan lain-lain.

Macam-macam tanah
Dalam membahas masalah macam-macam tanah, maka perlu diketahui
bahwa yang digunakan untuk membedakannya adalah dari besar butiran,
berdasarkan kepada analisa ayakan.
a. Pasir
Pasir merupakan tanah dengan butiran yang keras dan tajam, yang lolos
pada ukuran saringan 0,07 mm sampai dengan 4,76 mm, merupakan
butiran-butiran yang kepas. Dalam penggunaannya sebagai agregat halus
pada beton tidak diijinkan mengandung lumpur lebih besar dari 5% dari
berat kering pasir.
b. Lanau
Lanau merupakan tanah dengan butiran kecil dari 0,07 mm, dan bersifat
mudah menyerap air. Sehingga apabila terendam air menjadi lumpur.
c. Lempung
Lempung atau tanah liat merupakan tanah dengan butiran yang sangat
halus, bersifat plastik, yaitu mudah dibentuk, dan mempunyai daya lekat.
Pengujian terhadap lempung
Lempung mempunyai sifat yang sangat spesifik, antara lain mempunyi sifat
muai susut yang sangat besar dalam keadaan aslinya, tetapi setelah lempung
diolah, maka sifat muai susut yang besar ini dapat dihilangkan, sehingga
dapat dipergunakan sebagai bahan banguanan olahan.
Untuk mendapatkan data-data tentang tingkat plastistas dan tingkat
kejenuhan lempung, maka dilakukan pengujian-pengujian, baik di
laboratorium maupun dilapangan. Jenis pengujian tanah lempung yaitu:
a. Plastic limit atau batas plastis.
b. Shringkage limit atau batasan susut.
c. Liquid limit atau batasan cair.
Berdasarkan pengujian-pengujian plastisitas tanah lempung berdasarkan
pada daya lekat lempung dan tingkat muai susutnya, dengan melihat jumlah
air yang dikandung, maka plastisitas yang diuji berbeda-beda pada setiap
jenis lempung.

Pemanfaatan tanah sebagai bahan bangunan
Tanah sebagai bahan bangunan dalam kondisi alami dan yang telah diproses
banyak digunakan dalam pelaksanaan pembangunan, antara lain :
2.a. Bahan tanah tanpa diolah
Yang dimaksud dengan bahan tanah tanpa diolah merupakan tanah
dalam keadaan asli, yang digunakan sebagai bahan urugan maupun
campuran mortar atau perekat, sebagai contoh adalah pasir yang
merupakan tanah dengan butiran yang kasar, pasir merupakan bahan
yang digunakan langsung menjadi bahan urugan. Sedangkan sebagai
bahan yang melalui proses dicampur dengan bahan lain, misalnya
dicampur dengan PC, semen merah atau kapur, campuran tersebut akan
menjadi spesi atau bahan perekat.
2.b. Bahan tanah yang diolah
bahan yang diolah adalah bahan tanah yang digunakan sebagai bahan
bangunan, yang memerlukan proses lanjutan dapat dibentuk sesuai
dengan kebutuhannya. Tanah jenis ini umumnya merupakan tanah
lempung, dimana lempung dalam keadaan aslinya dengan atau tanpa
bahan tambahan perlu diproses. Karena sifat muai susutnya yang besar,
sehingga tidak dapat langsung digunakan dalam keadaan aslinya. Contoh
dari bahan ini merupakan :
1. Bata merah
Bata merah adalah bahan bangunan yang digunakan sebagai bahan
dinding bangunan. Proses pembuatannya adalah proses sederhana
yang dikerjakan secara tradisional dari tanah liat yang dicampur dengan air, 
kemudian dicetak menjadi bentuk yang diinginkan setelah
dijemur di panas matahari sampai kering. Setelah kering bata merah
dibakar pada suhu yang tinggi, sehingga menjadi keras. Tingkat
kekerasan bata merah ini tergantung dari proses pembakarannya.
Pada pembuatan bata merah di pabrik proses yang dilaksanakan
berbeda dengan cara tradisional. Dipabrik tanah liat digiling kemudian
dimasukkan kedalam alat dicampur (ekstruder). Didalam ekstruder
tanah liat dicampur dengan air, hingga menjadi suatu bahan yang liat.
Bahan campuran yang ada didalam ekstruder ditekan, setelah keluar
akan berbentuk balok-balok tanah liat dengan ukuran lebar tertentu,
selanjutnya balok-balok tersebut dipotong-potong sesuai ukuran yang
diinginkan. Balok-balok tanah liat tersebut kemudian dimasukkan
kedalam ruang untuk diangin-anginkan atau dilakukan pengeringan
dengan udara. Setelah kering udara bata matahari. Pengeringan
terakhir dilakukan dengan menggunakan tungku pengering. Hasil
proses dari tungku ini merupakan bata merah yang kering. Keras
dengan bentuk yang bagus, yang akhirnya dikemas, siap untuk dijual.
Bata merah produksi tradisional teksturnya kasar, kepadatannya tidak
rata, ukuran 
2. Genteng
Genteng dalam bangunan digunakan sebagai penutup atap, dalam
buku Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982,
ada beberapa macam genteng, yaitu genteng dari bahan beton,
keramik, kaca, bambu dan tanah. Genteng tanah merupakan tanah liat
yang diproses seperti pembuatan bata merah, sehingga menjadi
bahan yang keras dan tidak tembus.
3. Keramik
Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI)
1982 dan dalam buku “Bahan Bangunan”. Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo,
ME, (1995)., keramik merupakan tanah liat murni yang dicampur
dengan kaolin, serisit, silikat (kuarsa, felspar) bahan-bahan tersebut
dan seterusnya diaduk dengan ditambahkan air menjadi campuran.
Selanjutnya campuran-campuran dicetak sesuai dengan bentuk yang
dikendaki. Setelah kering udara dibakar pada suhu yang tinggi,
sehingga menjadi produk setengah jadi. Kemudian diglazzur dengan
bahan pemoles, hingga menjadi produk jadi. Dalam proses
pembakaran, bahan campuran tersebut akan bereaksi satu sama lain,
sehingga menjadi bahan yang keras, licin dan bersifat sebagai isolator.
Pemanfaatan bahan keramik antara lain: ubin, pelapis dinding,
genteng, isolator dan lain-lain.
4. Pipa tanah liat
Pipa tanah liat umumnya digunakan untuk saluran pembuangan air
kotor berupa pipa lurus atau yang berbentuk leher angsa. Yang dibuat
dari tanah liat dibakar seperti proses pembuatan bata merah.

http://www.teknik-sipil.com/

Definisi Dan Manfaat Batuan Alam dalam Teknik Sipil

Batuan
Latar belakang dan pembentukan batuan
Batuan merupakan suatu produk alam gabungan dari hablur mineral yang
menyatu dan memadat, hingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang
terbentuk secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan,
pengendapan dan perubahan alamiah lainnya. Batuan alam berasal dari
gunung sebagai akibat proses vulkanik. Batuan ini disebut dengan batu
gunung, dalam proses berikutnya, aliran air sungai yang membawa batuan
tersebut bergerak dan berpindah sejalan dengan kemampuan aliran air yang
ada. Karena benturan dengan batuan lain atau benda-benda keras lainnya,
batuan tersebut menjadi pecahan-pecahan dengan bentuk dan ukuran yang
bervariasi. Ini yang disebut dengan batu sungai atau batu kali. Kelompok
batuan ini merupakan batuan luar.
Batuan-batuan akibat proses alamiah lainnya adalah batuan yang terbentuk
dalam waktu yang lama dan menerima beban akibat tumpukan tanah, batuan
in idisebut batuan metamorfose, yang termasuk dalam batuan in yaitu
marmer, granit, onix dan lain-lain, tergantung bahan dasar mineral
pembentuknya.

Komposisi dan Jenis Batuan
Batuan dapat diklasifikasikan menurut komposisi kandungan mineral dari
batuan tersebut, dimana penggunaan batu pada konstruksi bangunan
dibedakan menjadi :
a. Batuan kapur
b. Batuan yang mengandung bahan utama silikat
Dengan komposisi kandungan bahan pembentuk tersebut diatas, maka
jenis batuan-batuan ini dijelaskan sebagai berikut :
2.a. Batuan kapur
Batuan kapur merupakan bahan bangunan yang penting dikenal sejak
zaman Mesir Kuno. Batuan kapur ini lebih bersifat sebagai pengikat
apabila dicampur dengan bahan yang lain dengan perbandingan tertentu,
sebagai contoh kapur dicampur dengan pasir dan Portland Cement (PC),
kapur dicampur dengan semen merah dan pasir. Kelebihan kapur
sebagai bahan pengikat ini sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kapur
sebagai berikut :
1. Kapur mempunyai sifat plastik yang baik, dalam arti tidak getas.
2. Sebagai bahan pengikat, kapur dapat mengeras dengan mudah dan
cepat, sehingga memberikan kekuatan pengikat kepada dinding.
3. Mudah dikerjakan, tanpa harus melalui proses pabrik.
Dalam keadaan sehari-hari di pasaran dikenal beberapa jenis kapur yang
digunakan sebagai bahan bangunan, yaitu :
1. Kapur tohor (Ca.O), yaitu hasil pembakaran batu kapur alam yang
komposisinya sebagian besar merupakan kalsium karbonat (Ca.CO3).
2. Kapur udara, yaitu kapur padam yang di aduk dengan air setelah
beberapa waktu campuran tersebut dapat mengeras di udara karena
pengikatan karbon dioksida.
3. Kapur hidrolis merupakan kapur padam yang diaduk dengan air,
setelah beberapa waktu campuran dapat mengeras, baik di dalam air
maupun di udara.
Pembuatan kapur merupakan proses pembakaran batu kapur yang
mengandung kalsium karbonat (Ca.CO3) dengan suhu ± 980 Celsius,
hingga karbon dioksidanya keluar. Akibat dari pemanasan dan keluarnya
karbon dioksida tersebut maka unsur Ca.O atau kapurnya saja yang
tertinggal.
Proses kimia dari pemanasan Ca.CO3, menjadi kapur dapat ditulis
sebagai berikut :
Ca.CO3 Ca.O + CO2
Ca. O + H2O Ca. (OH2) + panas
Ca. (OH2) + CO2 Ca.CO3 + H2O
Susunan kimia maupun sifat fisis bahan dasar yang mengandung kapur
ini berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. Bahkan dalam satu
tempatpun belum tentu sama. Dari proses tersebut, kalsium oksida
(Ca.O) yang diperoleh, biasa disebut dengan quick lime.
Kapur dari hasil pembakaran ini, bila ditambah dengan air akan
mengembang dan retak-retak sebagai akibat banyaknya jumlah panas
yang dikeluarkan hingga seperti mendidih. Proses ini menghasilkan Ca.
(OH2) atau kalsium hidroksida. Perbandingan berat air yang digunakan
untuk proses ini merupakan 32 % dari berat kapur, tetapi karena faktorfaktor
pembakaran, jenis kapur dan sebagainya, kadang-kadang jumlah
air yang dibutuhkan dan sebagainya, kadang-kadang jumlah air yang
dibutuhkan sampai 2 atau 3 kali berat kapur.
Proses penambahan air pada kapur ini disebut slaking, yang
menghasilkan kalsium hidroksida, yang disebut dengan slaked lime atau
hydrated line.
Bila kalsium hidrat ini dicampur dengan air, akan diperoleh mortar kapur
atau spesi campuran kapur. Di udara terbuka mortar ini menyerap karbon
dioksida CO2 dan dengan proses kimia menghasilkan Ca. CO3 yang
bersifat keras dan tidak larut dalam air.
2.b. Batuan yang mengandung silikat
batuan ini lebih bersifat batuan keras, mempunyai warna yang menarik
dengan permukaan licin. Warna dari batuan in banyak dipengaruhi oleh
komposisi mineral pembentukan batuan tersebut yaitu :
1. Felspar yaitu kombinasi silikat, aluminium dengan kapur dan potasium,
berwarna merah, merah jambu, bahkan bening.
2. Bornblende merupakan silikat aluminium yang dengan campuran
kapur dan bijih besi, sebagai bahan mineral yang keras dan kuat,
sebagai kristal berwarna hijau, coklat dan hitam.
3. Mica merupakan mempunyai bahan dasar utama silikat aluminium,
tetapi mempunyai kombinasi dari beberapa bahan mineral besi atau
potasium, biasanya merupakan butiran kristal, yang mudah lepas
sebagai lempengan-lempengan kecil.
4. Sepentinemerupakan silikat magnesium, yang penampilannya selalu
menjadi satu dengan kapur, berwarna hijau muda atau kuning, dan
permukaannya berupa lempengan rata dan halus, serta mudah
dipisahkan.
Batuan berjenis silikat yang sering digunakan sebagai bahan bangunan,
baik untuk lantai maupun sebagai pelapis dinding merupakan :
1. Granite
Menurut Smith & Andres dalam “Material of Construction” granit
merupakan bahan batuan murni, yang merupakan kombinasi dari
bahan quartz, felspar, bonblende dan mika, umumnya sangat keras,
kuat dan mampu dilakukan dengan pemolesan yang tinggi, sehingga
mengkilap. Kandungan kimia yang utama merupakan silicon dioksida
dan aluminium oksida, dengan variasi besi, potasium, dan kalsium
oksida. Berat granit bervariasi antara 2643 kg/m3 sampai dengan 3204
kg/m3 dengan batas tegangan hancur antara 1390 kg/cm2 sampai
dengan 3090 kg/m2, dan kemampuan serap air merupakan 0,002 atau
0,2 dari beratnya. Finishing granit dari penggergajian sampai
menjadikan permukaannya licin seperti kaca yang halus dengan cara
pemolesan permukaannya dengan mesin poles. Sedang warna granit
umumnya merupakan merah, merah jambu, kuning, hijau, biru, putih,
hitam dan coklat. Granit dapat digunakan sebagai pelapis lantai,
pelapis dinding bagian luar maupun dalam, anak tangga dengan lebar
yan bervariasi. Pada umumnya granit diproduksi dengan lebar 1800
mm, dan tebal antara 57 sampai 100 mm, dan untuk ukuran yang kecil
biasanya dnegan tebal 75 sampai 100 mm, atau sesuai dengan ukuran
pemesan. Granit yang berupa potongan-potongan dapat digabung
menjadi bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan yang
lain dari granit merupakan sebagai pelapis kerb pada jembatan dan
paving stones, atau sebagai bahan finishing bangunan.
2. Marmer
Marmer atau batu pualam menurut Smith & Andres, di dalam “Material
of Construction” menrupakan batu kapur bercampur dengan mineral
silika yang mengalami rekristalisasi akibat pengaruh tekanan dan suhu
yang sangat tinggi. Marmer seperti pada granit digunakan untuk pelapis
lantai dan bahan finishing dinding, dengan warna putih salju, merah
jambu, kuning, kehijau-hijauan dengan tekstur tergantung mineral yang
dominan dalam kandungannya. Bentuk marmer pada umumnya
merupakan dipotong menjadi lempengan-lempengan dengan tebal 57
sampai dengan 200 mm, beratnya bervariasi antara 2000 kg/m3 sampai
dengan 2880 kg/m3 dengan batas tegangan hancur antara 190 kg/cm2
sampai dengan 1930 kg/cm2. dan kemampuan serap air yang terendah
merupakan 0,25 % dan yang tertinggi merupakan 0,75 % dari beratnya.
2.3.3. Pemanfaatan bantuan
Pemanfaatan bantuan dalam pekerjaan konstruksi bangunan, sebagai bahan
bangunan antara lain :
a. Pada butiran-butiran dengan ukuran besar, digunakan untuk struktur pondasi,
dinding penahan dan lain-lainnya, dengan memakai perekat atau tanpa perekat.
b. Pada butiran-butiran kecil, baik yang berasal dari alam, atau karena proses
pemecahan, digunakan untuk bahan agrerat kasar beton maupun campuran
aspal.
c. Sedang bantuan metamorfose, yaitu marmer, granit dan lain-lain banyak
digunakan sebagai bahan lantai, dan pelapis dinding, atau ornamen lainnya.
d. Bantuan kapur, dengan proses pembakaran dengan suhu yang tinggi, menjadi
batu gamping, selanjutnya diproses untuk campuran spesi atau mortar, sebagai
perekat pasangan batu maupun dinding, atau untuk sebagai plesteran dinding.

http://www.teknik-sipil.com/