Minggu, 29 November 2015

PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME



TUGAS
ILMU SOSIAL DASAR
PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME



DISUSUN   : 
NAMA    : M. OKTAVIANTO
NPM         : 13415716
KELA        : 1TA07

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015


KATA PENGANTAR


             Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “PRASANGKA DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME.
Dalam penyusunan makalah ini, saya tidak lupa mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
            Saya berterima kasih kepada Bapak Emilianshah Banowo yang telah memberikan tugas makalah ini sebagai bahan pembelajaran saya mengenai prasangka,diskriminasi dan etnosentris Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya sehingga saya mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.Terima kasih

Jakarta, November 2015


          

Penyusun











BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
               Prasangka bisa dikatakan sebagai sikap yang negatif terhadap segala sesuatu baik hal yang kecil atau besar. Pada umumnya prasangka dikaitkan dengan hal-hal yang negatif, meskipun tidak semuanya selalu negatif. Namun ada juga prasangka dalam bentuk positif. Tapi memang lebih banyak prasangka negatif dibandingkan dengan prasangka positif. Intelekgensia and kepribadian biasanya sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam berprasangka. Maka bisa dikatakan orang yang mempunyai intelekgensi yang tinggi maka seseorang akan sulit untuk berprasangka karna mereka mempunyai pemikiran yang kritis. Tapi ada juga orang cendekiawan ataupun orang yang negarawan bisa berprasangka. Maka dari itu untuk mendapatkan status sosial baik itu individu mauapun kelompok pasti aturan yamnga da dilingkungan atau masyarakatnya sedang goyah. Karna hal ini dapat menimbulkan dan juga sebagai pemicu dari prasangka dan diskriminasi. Dan dari prasangka dan diskriminasi itu Nampak jelas. Jika prasangka berawal dari sebuah sikap sedangkan diskriminasi berawal dari suatu tindakan. Maka kaitan dari prasangka dan diskriminasi sangat dekat.
            Dari hubungan diskriminasi dan prasangka itu tidak bisa dipisahkan. Sikap prasangka itu sebenarnya tidak adil karna prasangka itu muncul dari apa yang kita lihat dan kita dengar. Apalagi Cuma dengan pemikiran yang pendek yang lalu disimpulkan dalam kelompok sosialnya. Maka dari itu prasangka dan diskriminasi akan memberikan dampak buruk terhadap kelompok-kelompok tertentu apa bila muncul rasa prasangka dan diskriminasi terhadap kelompok lain, suatu etnis, atau bangsa lain yang pada akhirnya membuiat menjadi masalah dan konflik yang semakin luas.

1.2.       Tujuan
-Memberikan wawasan yang lebih luas tentang prasangka,diskriminasi dan etnosentris  untuk penulis dan pembaca
-  Dapat menjadikan makalah ini sebagai media untuk bercemin diri akan perbedaan


1.3.       Rumusan Masalah
-          Apakah pengertian prasangka,diskriminasi dan etnosentris?
-          Bagimana cara mencegahi prasangka,diskriminasi dan etnosentris di Indonesia?
-          Manfaat apa yang dapat diambil dari toleransi prasangka,diskriminasi dan etnosentris?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengerttian Prasangka Diskriminasi dan Etnosentris
Prasangka
Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbabang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu.

Diskriminasi
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia,Ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliranpolitik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.

Diskriminasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1.   Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama.
2.   Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan

Perbedaan Prasangka dengan Diskriminasi
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku.
Sikap negatif disebut juga prasangka, walaupun sikap prasangka juga bisa bersifat positif dalam kondisi tertentu. Dalam pengertian ini, sikap prasangka lebih cendrung ke arah negatif karena pengaruh dari faktor lingkungan, sikap dan ego yang tinggi, serta mudah terprovokasi dengan orang lain tanpa ada bukti yang jelas, dan hanya bisa berprasangka dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya, akan tetapi seseorang bertindak diskriminatif tanpa berlatar belakang pada suatu prasangka. Sikap berprasangka jelas tidak adil, karena sikap yang diambil hanya berdasarkan   pada pengalaman atau apa yang didengar. Apabila muncul sikap berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, maka  akan terjaadi pertenangan sosial yang lebih luas yang akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan kerugian yang cukup besar dalam berbagai aspek.
Etnosentrisme

Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda dan sekaligus menjadi kebanggaan mereka. Suku bangsa ras tersebut cendrung menganggap kebudayaan  mereka sebagai salah satu prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai, dipandang  sebagai suatu yang kurang baik, kurang estetis, dan bertentang dengan kodratnya.

2.2Penyebab munculnya Prasangka Diskriminasi dan Etnosentris

Perbedaan Kepentingan

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
Perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

2.3 Cara mencegah prasangka, diskriminasi, dan etnosentris
sikap prasangka, diskriminasi dan etnosentris yang sangat berlebihan sangat lah tidah baik, karena dapat menyebabkan timbulnya rasa kecanggungan dan konflik antar masyarakat.Berikut beberapa sikap dan tindakan yang dapat kita ambil untuk mencegah terjdainya prasangka, diskriminasi dan etnosentris.
Berfikir positif, dengan berfikir positif kita dapat mengurangi prasangka buruk terhadap sesorang dan dapat menjadikan kita lebih percaya terhadap orang lain.
Mencari informasi yang jelas, Kurangnya kepahaman akan sesuatu yang menyebabkan kita mudah berprasangka buruk terhadap orang lain. Lebih baik jika kita mencari informasi yang lebih detail sebelum mempercayai seseorang ataupun berprasangka buruk terhadap orang tersebut.
Melihat keragaman budya, bahasa dan lainnya sebagai suatu keindahan atau pun sebagai suatu keberagaman dalam bentuk nyata dalam kehidupan kita. Sehingga kita dapat menerima sesama dan memberikan hak yang sama terhadap siapapun.
Belajar mengelai budaya lain dan hilangkan sikap mendiskriminasi. Sehingga kita dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas dan memiliki pertemanan yang lebih luas.
Perbanyak pergaulan, perbanyak lah teman sepergaulan tanpa membedakan mereka dari suku, agama, negara, dan lain-lain.



BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan

Prasangka, diskriminasi, dan etnosentris merupakan pola fikir yang ada pada semua individu. Banyaknya konflik yang terjadi akibat dari 3 pola pikir tersebut, diIndonesia sendiri sudah banyak konflik-konflik besar yang terjadi akibat hal-hal tersebut. Sebagai contoh adalah tragedi 1998 dimana semua etnis tionghoa diburu dan dihakmi oleh masa. Pada tragedi tersebut banyak sekali pelanggaran yang terjadi, banyaknya diskriminasi dan etnosentris yang terjadi pada konflik tersebut. 

Perlunya sikap yang benar dan tidak mudahnya berprasangka buruk terhadap orang lain sejatinya diperlukan untuk mencegah suatu kesalah pahaman terjadi. Indonesia sebagai negara demokrasi sejatinya sudah harus terlepas dari prasangka, diskriminasi dan etnosentris pada setiap masyarakatnya. Karena sejatinya dinegara ini tidak memandang dan membeda-bedakan sesorang dari ras, agama, suku, dan lainnya, setiap orang memiliki hak yang sama di dalam negara ini.


3.2.       Saran
            
Sebagai generasi muda harus bijak dalam menyikapi sikap prasangka, diskriminasi, dan etnosentrisme ini. Dengan memperbanyak pemikiran positif dan memperbanyak berbuat dari pada berbicara untuk mengkritik orang lain. Pergaulan yang baik dan luas juga di perlukan untuk mengubah sudut pandang para pemuda.


Daftar pusaka

Kamis, 26 November 2015

Tuhan itu satu,Kitalah yang berbeda



TUGAS
ILMU SOSIAL DASAR
TOLERANSI DALAM BERAGAMA

           
DISUSUN       :
NAMA    : M. OKTAVIANTO
NPM       : 13415716
KELAS   : 1TA07
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
            Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia.Karena adanya keanekaragaman di Indonesia terkadang hal tersebut menjadi konflik yang berkelanjutan.Padahalnya agama mengajarkan kita untuk berperilaku yang berdasarkan pada kebaikan.Agama apapun kita Tuhan tidak akan mengajarkan kita untuk melakukan hal yang tidak baik.
            Dewasa ini umat beragama dihadapkan pada tantangan munculnya benturan-benturan atau konflik di antara mereka. Konflik antarumat beragama yang terjadi di tanah air semakin memprihatinkan. Bahkan dengan adanya konflik-konflik baru akan bisa merambah ke daerah lain kalau masyarakat mudah menerima isu dan terprovokasi.
1.2.       Tujuan
-          Memberikan wawasan yang lebih luas tentang prasangka,diskriminasi dan etnosentris  untuk penulis dan pembaca
-          Dapat menjadikan makalah ini sebagai media untuk bercemin diri akan perbedaan

1.3.       Rumusan Masalah
-          Apa penyebab konflik agama di Indonesia?
-          Bagimana cara mencegah konflik agama di Indonesia?
-          Manfaat apa yang dapat diambil dari toleransi beragama?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Konflik di Indonesia
A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.
Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.
Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga ocia dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan ocia dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan ocial dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang ocial dan malah menganut garis keras.1458
Karena itu, ocial perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.
B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.
Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu ocial selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.
C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.
Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam – Kristen beberapa waktu yang lalu, ocial perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai ocial pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.
D. Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik ocial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga ocial kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
 
2.2 Cara Mencegah Konflik Agama di Indonesia
  1. Menurut Jusuf Kalla, dalam menangani konflik antaragama, jalan terbaik yang oci dilakukan adalah saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.
  2. Tidak memperkenankan pengelompokan domisili dari kelompok yang sama didaerah atau wilayah yang sama secara eksklusif. Jadi tempat tinggal/domisili atau perkampungan sebaiknya mixed, atau campuran dan tidak mengelompok berdasarkan suku (etnis), agama, atau status sosial ekonomi tertentu.
  3. Masyarakat pendatang dan masyarakat atau penduduk asli juga harus berbaur
    atau membaur atau dibaurkan.
  4. Segala macam bentuk ketidakadilan ocialral agama harus dihilangkan atau
    dibuat seminim mungkin.
  5. Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan sedapat – dapatnya dihapuskan sama sekali.
  6. Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

2.3 Manfaat Toleransi Beragama
Beberapa manfaat yang dapat kita perolah dari kebersamaan umat beragama dengan sikap toleransi antara lain :
1.      Menghindari Terjadinya Perpecahan.
Kebersamaan dengan mengabadikan sikap toleransi merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.

2.      Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

Jadi dalam kehidupan sosial, kebersamaan sangat diperlukan antar umat beragama, karena akan memberikan dampak positif baik pada diri kita maupun lingkungan.
Memberikan rasa kebersamaan yang tinggi dan kasih sayang antar sesama manusia semakin terasa bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang harus saling menjaga satu sama lain.
Dengan begitu peselisihan, pertengkaran, permusuhan, tak aka nada lagi jika kita selalu menjaga kebersamaan dalam kehidupan sosial dan lain sebagainya.

Misalnya:



 Umat Muslim Rusia, melakukan salat Idul Adha berjamaah di depan gereja Ortodoks, di Moskow, Russia, 4 Oktober 2014. (Dmitry Serebryakov/AFP/Getty Images)

Umat Muslim di Malang Salat Id di Halaman Gereja

Jum'at, 17 Juli 2015 | 13:09 WIB

TEMPO.CO, Malang - Akibat jumlah anggota jemaah yang hendak menunaikan salat Idul Fitri di Masjid Agung Jami, Kota Malang, Jawa Timur, membeludak mencapai ribuan orang, jalan raya di alun-alun persis di depan masjid itu turut menjadi lokasi salat. Bahkan sejumlah anggota jemaah membentangkan sajadah mereka di halaman Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus", yang berjarak sekitar 100 meter dari Masjid Agung Jami.

”Gerbang dibuka sejak pukul lima pagi,” kata pegawai Gereja Hati Kudus Yesus, Yohanes Kristiawan, Jumat, 17 Juli 2015.

Setelah gerbang dibuka, jemaah masuk ke halaman gereja. Mereka langsung menggelar kertas koran dan sajadah untuk alas salat. Mereka khusyuk mengikuti salat Id sampai selesai.

Seusai salat Id, jemaah langsung meninggalkan halaman gereja. Koran bekas salat pun berserakan di halaman gereja. Yohanes bersama ketiga rekannya lalu mengumpulkan koran-koran bekas itu di depan gereja. Sampah itu menggunung, menunggu dibersihkan petugas Dinas Kebersihan Kota Malang.

Ketua Takmir Masjid Agung Jami Zainudin Abdul Muchid mengatakan salatnya para anggota jemaah itu di halaman gereja merupakan bentuk toleransi antar-pemuka agama yang berlangsung sejak dulu. Sikap saling menghormati itu terjalin secara alami.

Maklum, masjid dan gereja tersebut bertetangga. Ia mengatakan menjalin komunikasi dengan pengurus gereja, meski komunikasi tak dilakukan secara intensif. Yang pasti, kata dia, komunikasi dan sikap toleransi terjalin antar-pemimpin. ”Jika pemimpinnya harmonis, umat di bawah juga pasti mengikuti,” ujar Zainuddin.



BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Agama diciptakan agar manusia tetap berada di jalan yang baik sehingga tidak terjadi kekacauan di bumi,Namun masih terdapat banyak masalah yang terjadi dengan beralaskan agama.Kita harus sadar bahwa agama apapun pasti mengajarkan kebaikan dan cara untuk hidup bertoleransi di dunia.Tuhan itu satu,Kitalah yang membuat hal itu berbeda

3.2.       Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia harus sadar akan keanekaragaman yang ada di Indonesia.Kita harus bangga dan menjaga kelangsungan keanekaragaman yang ada.Karena itu adalah warisan dari para pendahulu kita,Sebagaimana semboyan kita “Bhinneka Tunggal Ika”.

Daftar Pusaka:
http://karanindah.blogspot.co.id/2012/12/manfaat-kebersamaan-antar-umat-beragama.html
http://ramadan.tempo.co/read/news/2015/07/17/153684595/umat-muslim-di-malang-salat-id-di-halaman-gereja