Kamis, 26 November 2015

Tuhan itu satu,Kitalah yang berbeda



TUGAS
ILMU SOSIAL DASAR
TOLERANSI DALAM BERAGAMA

           
DISUSUN       :
NAMA    : M. OKTAVIANTO
NPM       : 13415716
KELAS   : 1TA07
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
            Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia.Karena adanya keanekaragaman di Indonesia terkadang hal tersebut menjadi konflik yang berkelanjutan.Padahalnya agama mengajarkan kita untuk berperilaku yang berdasarkan pada kebaikan.Agama apapun kita Tuhan tidak akan mengajarkan kita untuk melakukan hal yang tidak baik.
            Dewasa ini umat beragama dihadapkan pada tantangan munculnya benturan-benturan atau konflik di antara mereka. Konflik antarumat beragama yang terjadi di tanah air semakin memprihatinkan. Bahkan dengan adanya konflik-konflik baru akan bisa merambah ke daerah lain kalau masyarakat mudah menerima isu dan terprovokasi.
1.2.       Tujuan
-          Memberikan wawasan yang lebih luas tentang prasangka,diskriminasi dan etnosentris  untuk penulis dan pembaca
-          Dapat menjadikan makalah ini sebagai media untuk bercemin diri akan perbedaan

1.3.       Rumusan Masalah
-          Apa penyebab konflik agama di Indonesia?
-          Bagimana cara mencegah konflik agama di Indonesia?
-          Manfaat apa yang dapat diambil dari toleransi beragama?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Konflik di Indonesia
A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.
Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.
Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga ocia dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan ocia dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan ocial dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang ocial dan malah menganut garis keras.1458
Karena itu, ocial perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.
B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.
Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu ocial selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.
C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.
Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam – Kristen beberapa waktu yang lalu, ocial perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai ocial pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.
D. Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik ocial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga ocial kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
 
2.2 Cara Mencegah Konflik Agama di Indonesia
  1. Menurut Jusuf Kalla, dalam menangani konflik antaragama, jalan terbaik yang oci dilakukan adalah saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.
  2. Tidak memperkenankan pengelompokan domisili dari kelompok yang sama didaerah atau wilayah yang sama secara eksklusif. Jadi tempat tinggal/domisili atau perkampungan sebaiknya mixed, atau campuran dan tidak mengelompok berdasarkan suku (etnis), agama, atau status sosial ekonomi tertentu.
  3. Masyarakat pendatang dan masyarakat atau penduduk asli juga harus berbaur
    atau membaur atau dibaurkan.
  4. Segala macam bentuk ketidakadilan ocialral agama harus dihilangkan atau
    dibuat seminim mungkin.
  5. Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan sedapat – dapatnya dihapuskan sama sekali.
  6. Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.

2.3 Manfaat Toleransi Beragama
Beberapa manfaat yang dapat kita perolah dari kebersamaan umat beragama dengan sikap toleransi antara lain :
1.      Menghindari Terjadinya Perpecahan.
Kebersamaan dengan mengabadikan sikap toleransi merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.

2.      Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

Jadi dalam kehidupan sosial, kebersamaan sangat diperlukan antar umat beragama, karena akan memberikan dampak positif baik pada diri kita maupun lingkungan.
Memberikan rasa kebersamaan yang tinggi dan kasih sayang antar sesama manusia semakin terasa bahwa kita adalah makhluk Tuhan yang harus saling menjaga satu sama lain.
Dengan begitu peselisihan, pertengkaran, permusuhan, tak aka nada lagi jika kita selalu menjaga kebersamaan dalam kehidupan sosial dan lain sebagainya.

Misalnya:



 Umat Muslim Rusia, melakukan salat Idul Adha berjamaah di depan gereja Ortodoks, di Moskow, Russia, 4 Oktober 2014. (Dmitry Serebryakov/AFP/Getty Images)

Umat Muslim di Malang Salat Id di Halaman Gereja

Jum'at, 17 Juli 2015 | 13:09 WIB

TEMPO.CO, Malang - Akibat jumlah anggota jemaah yang hendak menunaikan salat Idul Fitri di Masjid Agung Jami, Kota Malang, Jawa Timur, membeludak mencapai ribuan orang, jalan raya di alun-alun persis di depan masjid itu turut menjadi lokasi salat. Bahkan sejumlah anggota jemaah membentangkan sajadah mereka di halaman Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus", yang berjarak sekitar 100 meter dari Masjid Agung Jami.

”Gerbang dibuka sejak pukul lima pagi,” kata pegawai Gereja Hati Kudus Yesus, Yohanes Kristiawan, Jumat, 17 Juli 2015.

Setelah gerbang dibuka, jemaah masuk ke halaman gereja. Mereka langsung menggelar kertas koran dan sajadah untuk alas salat. Mereka khusyuk mengikuti salat Id sampai selesai.

Seusai salat Id, jemaah langsung meninggalkan halaman gereja. Koran bekas salat pun berserakan di halaman gereja. Yohanes bersama ketiga rekannya lalu mengumpulkan koran-koran bekas itu di depan gereja. Sampah itu menggunung, menunggu dibersihkan petugas Dinas Kebersihan Kota Malang.

Ketua Takmir Masjid Agung Jami Zainudin Abdul Muchid mengatakan salatnya para anggota jemaah itu di halaman gereja merupakan bentuk toleransi antar-pemuka agama yang berlangsung sejak dulu. Sikap saling menghormati itu terjalin secara alami.

Maklum, masjid dan gereja tersebut bertetangga. Ia mengatakan menjalin komunikasi dengan pengurus gereja, meski komunikasi tak dilakukan secara intensif. Yang pasti, kata dia, komunikasi dan sikap toleransi terjalin antar-pemimpin. ”Jika pemimpinnya harmonis, umat di bawah juga pasti mengikuti,” ujar Zainuddin.



BAB III
PENUTUP

3.1.       Kesimpulan
Agama diciptakan agar manusia tetap berada di jalan yang baik sehingga tidak terjadi kekacauan di bumi,Namun masih terdapat banyak masalah yang terjadi dengan beralaskan agama.Kita harus sadar bahwa agama apapun pasti mengajarkan kebaikan dan cara untuk hidup bertoleransi di dunia.Tuhan itu satu,Kitalah yang membuat hal itu berbeda

3.2.       Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia harus sadar akan keanekaragaman yang ada di Indonesia.Kita harus bangga dan menjaga kelangsungan keanekaragaman yang ada.Karena itu adalah warisan dari para pendahulu kita,Sebagaimana semboyan kita “Bhinneka Tunggal Ika”.

Daftar Pusaka:
http://karanindah.blogspot.co.id/2012/12/manfaat-kebersamaan-antar-umat-beragama.html
http://ramadan.tempo.co/read/news/2015/07/17/153684595/umat-muslim-di-malang-salat-id-di-halaman-gereja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar